Text
Sebelum Amin
Kita berdoa agar tetap tenang, terfokus, atau agar bisa menyelesaikan masalah. Kita berdoa ketika ada benjolan yang didiagnosis ganas, ketika uang kita sudah habis sebelum bulan berlalu, ketika pernikahan kita di ambang kehancuran.Tetapi tidakkah kita suka berdoa . . . Lebih banyak? Lebih baik? Lebih kuat? Dengan gelora, iman, dan kegairahan yang lebih lagi?
Tetapi ada anak-anak yang harus kita beri makan, tagihan-tagihan yang harus kita bayar, tenggat waktu yang harus kita selesaikan. Kalender menerkam niat-niat baik kita, seperti harimau menerkam kelinci. Dan bagaimana sejarah kita dengan doa? Kata-kata yang tak pasti. Harapan tak terpenuhi. Permintaan tak terjawab.
Kita bukan orang pertama yang bergumul soal doa. Para pengikut pertama Yesus juga memerlukan panduan doa. Bahkan, satu-satunya petunjuk yang pernah mereka minta adalah tentang doa.
Yesus telah memberi mereka suatu doa. Bukan kotbah tentang doa. Bukan doktrin tentang doa. Yesus memberi mereka doa yang dapat dikutip, dapat diulang, dan dapat dibawa ke mana-mana. Tidakkah kita bisa menggunakan doa yang sama?
John Max Lucado dalam perjalanan menuju inti doa yang alkitabiah dan kuasa yang dilepaskan dengan enam baris sederhana ini:
Bapa,
Engkau baik,
Aku Perlu Pertolongan.
Mereka Perlu Pertolongan.
Terima kasih,
Dalam nama Yesus, amin.
No other version available